Friday, January 23, 2009

Perempuan Yang Dicintai Suamiku

  Kehidupan pernikahan kami awalnya baik2 saja menurutku. Meskipun menjelang pernikahan selalu terjadi konflik, tapi setelah menikah Mario tampak baik dan lebih menuruti apa mauku.

  Kami tidak pernah bertengkar hebat, kalau marah dia cenderung diam dan pergi ke kantornya bekerja sampai subuh, baru pulang kerumah, mandi, kemudian mengantar anak kami sekolah. Tidurnya sangat sedikit, makannya pun sedikit.Aku pikir dia workaholic.

 Dia menciumku maksimal 2x sehari, pagi menjelang kerja, dan saat dia pulang kerja, itu pun kalau aku masih bangun. Karena waktu pacaran dia tidak pernah romantis, aku pikir, memang dia tidak romantis, dan tidak memerlukan hal2 seperti itu sebagai ungkapan sayang.

    Kami jarang ngobrol sampai malam, kami jarang pergi nonton berdua, bahkan makan berdua diluarpun hampir tidak pernah. Kalau kami makan di meja makan berdua, kami asyik sendiri dengan sendok garpu kami, bukan obrolan yang terdengar, hanya denting piring yang beradu dengan sendok garpu.

   Kalau hari libur, dia lebih sering hanya tiduran dikamar, atau main dengan anak2 kami, dia jarang sekali tertawa lepas. Karena dia sangat pendiam, aku menyangka dia memang tidak suka tertawa lepas.

  Aku mengira rumah tangga kami baik2 saja selama 8 tahun pernikahan kami. Sampai suatu ketika, disuatu hari yang terik, saat itu suamiku tergolek sakit dirumah sakit, karena jarang makan, dan sering jajan di kantornya, dibanding makan dirumah, dia kena typhoid, dan harus dirawat di RS, karena sampai terjadi perforasi di ususnya. Pada saat dia masih di ICU, seorang perempuan datang menjenguknya. Dia memperkenalkan diri, bernama Meisha, temannya Mario saat dulu kuliah.

   Meisha tidak secantik aku. Dia begitu sederhana, tapi aku tidak pernah melihat mata yang begitu cantik seperti yang dia miliki. Matanya bersinar indah, penuh kehangatan dan penuh cinta, ketika dia berbicara, seakan2 waktu berhenti berputar dan terpana dengan kalimat2nya yang ringan dan penuh pesona. Setiap orang, laki2 maupun perempuan bahkan mungkin serangga yang lewat, akan jatuh cinta begitu mendengar dia bercerita.

   Meisha tidak pernah kenal dekat dengan Mario selama mereka kuliah dulu, Meisha bercerita Mario sangat pendiam, sehingga jarang punya teman yang akrab. 5 bulan lalu mereka bertemu, karena ada pekerjaan kantor mereka yang mempertemukan mereka. Meisha yang bekerja di advertising akhirnya bertemu dengan Mario yang sedang membuat iklan untuk perusahaan tempatnya bekerja.

   Aku mulai mengingat2 5 bulan lalu ada perubahan yang cukup drastis pada Mario, setiap mau pergi kerja, dia tersenyum manis padaku, dan dalam sehari bisa menciumku lebih dari 3x. Dia membelikan aku parfum baru, dan mulai sering tertawa lepas. Tapi disaat lain, dia sering termenung didepan komputernya. Atau termenung memegang Hp-nya. Kalau aku tanya, dia bilang, ada pekerjaan yang membingungkan.

    Suatu saat Meisha pernah datang pada saat Mario sakit dan masih dirawat di RS. Aku sedang memegang sepiring nasi beserta lauknya dengan wajah kesal, karena Mario tidak juga mau aku suapi. Meisha masuk kamar, dan menyapa dengan suara riangnya, "Hai Rima, kenapa dengan anak sulungmu yang nomor satu ini ? tidak mau makan juga? uhh... dasar anak nakal, sini piringnya, " lalu dia terus mengajak Mario bercerita sambil menyuapi Mario, tiba2 saja sepiring nasi itu sudah habis ditangannya. Dan....aku tidak pernah melihat tatapan penuh cinta yang terpancar dari mata suamiku, seperti siang itu, tidak pernah seumur hidupku yang aku lalui bersamanya, tidak pernah sedetikpun !

   Hatiku terasa sakit, lebih sakit dari ketika dia membalikkan tubuhnya membelakangi aku saat aku memeluknya dan berharap dia mencumbuku. Lebih sakit dari rasa sakit setelah operasi caesar ketika aku melahirkan anaknya. Lebih sakit dari rasa sakit, ketika dia tidak mau memakan masakan yang aku buat dengan susah payah. Lebih sakit dari pada sakit ketika dia tidak pulang kerumah saat ulang tahun perkawinan kami kemarin. Lebih sakit dari rasa sakit ketika dia lebih suka mencumbu komputernya dibanding aku.

 Tapi aku tidak pernah bisa marah setiap melihat perempuan itu. Meisha begitu manis, dia bisa hadir tiba2, membawakan donat buat anak2, dan membawakan ekrol kesukaanku. Dia mengajakku jalan2, kadang mengajakku nonton. kali lain, dia datang bersama suami dan ke-2 anaknya yang lucu2.

   Aku tidak pernah bertanya, apakah suamiku mencintai perempuan berhati bidadari itu? karena tanpa bertanya pun aku sudah tahu, apa yang bergejolak dihatinya.

   Suatu sore, mendung begitu menyelimuti jakarta, aku tidak pernah menyangka, hatiku pun akan mendung, bahkan gerimis kemudian.

   Anak sulungku, seorang anak perempuan cantik berusia 7 tahun, rambutnya keriting ikal dan cerdasnya sama seperti ayahnya. Dia berhasil membuka password email Papanya, dan memanggilku, " Mama, mau lihat surat papa buat tante Meisha ?"

    Aku tertegun memandangnya, dan membaca surat elektronik itu,

   Dear Meisha,

   Kehadiranmu bagai beribu bintang gemerlap yang mengisi seluruh relung hatiku, aku tidak pernah merasakan jatuh cinta seperti ini, bahkan pada Rima. Aku mencintai Rima karena kondisi yang mengharuskan aku mencintainya, karena dia ibu dari anak2ku.

  Ketika aku menikahinya, aku tetap tidak tahu apakah aku sungguh2 mencintainya. Tidak ada perasaan bergetar seperti ketika aku memandangmu, tidak ada perasaan rindu yang tidak pernah padam ketika aku tidak menjumpainya. Aku hanya tidak ingin menyakiti perasaannya. Ketika konflik2 terjadi saat kami pacaran dulu, aku sebenarnya kecewa, tapi aku tidak sanggup mengatakan padanya bahwa dia bukanlah perempuan yang aku cari  untuk mengisi kekosongan hatiku. Hatiku tetap terasa hampa, meskipun aku menikahinya.

   Aku tidak tahu, bagaimana caranya menumbuhkan cinta untuknya, seperti ketika cinta untukmu tumbuh secara alami, seperti pohon2 beringin yang tumbuh kokoh tanpa pernah mendapat siraman dari pemiliknya. Seperti pepohonan di hutan2 belantara yang tidak pernah minta disirami, namun tumbuh dengan lebat secara alami. Itu yang aku rasakan. 

   Aku tidak akan pernah bisa memilikimu, karena kau sudah menjadi milik orang lain dan aku adalah laki2 yang sangat memegang komitmen pernikahan kami. Meskipun hatiku terasa hampa, itu tidaklah mengapa, asal aku bisa melihat Rima bahagia dan tertawa, dia bisa mendapatkan segala yang dia inginkan selama aku mampu. Dia boleh mendapatkan seluruh hartaku dan tubuhku, tapi tidak jiwaku dan cintaku, yang hanya aku berikan untukmu.

  Meskipun ada tembok yang menghalangi kita, aku hanya berharap bahwa engkau  mengerti, you are the only one in my heart.

   yours, 

  Mario

 

   Mataku terasa panas. Jelita, anak sulungku memelukku erat. Meskipun baru berusia 7 tahun, dia adalah malaikat jelitaku yang sangat mengerti dan menyayangiku.

   Suamiku tidak pernah mencintaiku. Dia tidak pernah bahagia bersamaku. Dia mencintai perempuan lain. 

  Aku mengumpulkan kekuatanku. Sejak itu, aku menulis surat hampir setiap hari untuk suamiku. Surat itu aku simpan diamplop, dan aku letakkan di lemari bajuku, tidak pernah aku berikan untuknya.

   Mobil yang dia berikan untukku aku kembalikan padanya. Aku mengumpulkan  tabunganku yang kusimpan dari sisa2 uang belanja, lalu aku belikan motor untuk mengantar dan menjemput anak2ku. Mario merasa heran, karena aku tidak pernah lagi bermanja dan minta dibelikan bermacam2 merek tas dan baju.

  Aku terpuruk dalam kehancuranku. Aku dulu memintanya menikahiku karena aku  malu terlalu lama pacaran, sedangkan teman2ku sudah menikah semua. Ternyata dia memang tidak pernah menginginkan aku menjadi istrinya.

   Betapa tidak berharganya aku. Tidakkah dia tahu, bahwa aku juga seorang perempuan yang berhak mendapatkan kasih sayang dari suaminya ? Kenapa dia tidak mengatakan saja, bahwa dia tidak mencintai aku dan tidak menginginkan aku ? itu lebih aku hargai daripada dia cuma diam dan mengangguk dan melamarku lalu menikahiku. Betapa malangnya nasibku.

   Mario terus menerus sakit2an, dan aku tetap merawatnya dengan setia. Biarlah dia mencintai perempuan itu terus didalam hatinya. Dengan pura2 tidak tahu, aku sudah membuatnya bahagia dengan mencintai perempuan itu. Kebahagiaan Mario adalah kebahagiaanku juga, karena aku akan selalu mencintainya.

    Setahun kemudian...

   Meisha membuka amplop surat2 itu dengan air mata berlinang. Tanah pemakaman  itu masih basah merah dan masih dipenuhi bunga.

   "Mario, suamiku.... 

   Aku tidak pernah menyangka pertemuan kita saat aku pertama kali bekerja di kantormu, akan membawaku pada cinta sejatiku. Aku begitu terpesona padamu yang pendiam dan tampak dingin. Betapa senangnya aku ketika aku tidak bertepuk sebelah tangan. Aku mencintaimu, dan begitu posesif ingin memilikimu seutuhnya. Aku sering marah, ketika kamu asyik bekerja, dan tidak memperdulikan aku. Aku merasa diatas angin, ketika kamu hanya diam dan menuruti keinginanku... Aku pikir, aku si puteri cantik yang diinginkan banyak pria, telah memenuhi ruang hatimu dan kamu terlalu mencintaiku sehingga mau melakukan apa saja untukku.....

   Ternyata aku keliru.... aku menyadarinya tepat sehari setelah pernikahan kita. Ketika aku membanting hadiah jam tangan dari seorang teman kantor dulu yang aku tahu sebenarnya menyukai Mario.

    Aku melihat matamu begitu terluka, ketika berkata, " kenapa, Rima ? Kenapa kamu mesti cemburu ? dia sudah menikah, dan aku sudah memilihmu menjadi istriku ?"

   Aku tidak perduli, dan berlalu dari hadapanmu dengan sombongnya.

   Sekarang aku menyesal, memintamu melamarku. Engkau tidak pernah bahagia  bersamaku. Aku adalah hal terburuk dalam kehidupan cintamu. Aku bukanlah wanita yang sempurna yang engkau inginkan.

  Istrimu,

  Rima"

    Di surat yang lain,

    ".........Kehadiran perempuan itu membuatmu berubah, engkau tidak lagi sedingin es. Engkau mulai terasa hangat, namun tetap saja aku tidak pernah melihat cahaya cinta dari matamu untukku, seperti aku melihat cahaya yang penuh cinta itu berpendar dari kedua bola matamu saat memandang Meisha......"

   Di surat yang kesekian,

   ".......Aku bersumpah, akan membuatmu jatuh cinta padaku.

    Aku telah berubah, Mario. Engkau lihat kan, aku tidak lagi marah2 padamu,  aku tidak lagi suka membanting2 barang dan berteriak jika emosi. Aku belajar masak, dan selalu kubuatkan masakan yang engkau sukai. Aku tidak lagi boros, dan selalau menabung. Aku tidak lagi suka bertengkar dengan ibumu. Aku selalu tersenyum menyambutmu pulang kerumah. Dan aku selalu meneleponmu, untuk menanyakan sudahkah kekasih hatiku makan siang ini?

  Aku merawatmu jika engkau sakit, aku tidak kesal saat engkau tidak mau aku suapi, aku menungguimu sampai tertidur disamping tempat tidurmu, di rumah sakit saat engkau dirawat, karena penyakit pencernaanmu yang selalu bermasalah.......

   Meskipun belum terbit juga, sinar cinta itu dari matamu, aku akan tetap berusaha dan menantinya........"

   Meisha menghapus air mata yang terus mengalir dari kedua mata indahnya... Dipeluknya Jelita yang tersedu-sedu disampingnya.

    Di surat terakhir, pagi ini...

   "..............Hari ini adalah hari ulang tahun pernikahan kami yang ke-9.

  Tahun lalu engkau tidak pulang kerumah, tapi tahun ini aku akan memaksamu pulang, karena hari ini aku akan masak, masakan yang paling enak sedunia.

  Kemarin aku belajar membuatnya dirumah Bude Tati, sampai kehujanan dan basah kuyup, karena waktu pulang hujannya deras sekali, dan aku hanya mengendarai motor.

Saat aku tiba dirumah kemarin malam, aku melihat sinar kekhawatiran di matamu. Engkau memelukku, dan menyuruhku segera ganti baju supaya tidak sakit.

   Tahukah engkau suamiku...   Selama hampir 15 tahun aku mengenalmu, 6 tahun kita pacaran, dan hampir 9 tahun kita menikah, baru kali ini aku melihat sinar kekhawatiran itu dari matamu, inikah tanda2 cinta mulai bersemi dihatimu ?........."

  Jelita menatap Meisha, dan bercerita, 

  "Siang itu Mama menjemputku dengan motornya, dari jauh aku melihat keceriaan diwajah mama, dia terus melambai-lambaikan tangannya kepadaku.  Aku tidak pernah melihat wajah yang sangat bersinar dari mama seperti siang itu, dia begitu cantik. Meskipun dulu sering marah2 kepadaku, tapi aku selalu menyayanginya. Mama memarkir motornya di seberang jalan.

 Ketika mama menyeberang jalan, tiba2 mobil itu lewat dari tikungan denga kecepatan tinggi...... aku tidak sanggup melihatnya terlontar, Tante.....  Aku melihatnya masih memandangku sebelum dia tidak lagi bergerak......"

  Jelita memeluk Meisha dan terisak-isak. Bocah cantik ini masih terlalu kecil untuk merasakan sakit di hatinya, tapi dia sangat dewasa.

  Meisha mengeluarkan selembar kertas yang dia print tadi pagi. Mario mengirimkan email lagi kemarin malam, dan tadinya aku ingin Rima membacanya.

 

   ''Dear Meisha,

   Selama setahun ini aku mulai merasakan Rima berbeda, dia tidak lagi marah2 dan selalu berusaha menyenangkan hatiku. Dan tadi, dia pulang dengan tubuh basah kuyup karena kehujanan, aku sangat khawatir dan memeluknya.

  Tiba2 aku baru menyadari betapa beruntungnya aku memiliki dia. Hatiku mulai bergetar.... Inikah tanda2 aku mulai mencintainya ? 

   Aku terus berusaha mencintainya seperti yang engkau sarankan, Meisha. Dan besok aku akan memberikan surprise untuknya, aku akan membelikan mobil mungil untuknya, supaya dia tidak lagi naik motor kemana-mana. Bukan karena dia ibu dari anak2ku, tapi karena dia belahan jiwaku.... ''

   Meisha menatap Mario yang tampak semakin ringkih, yang masih terduduk di samping nisan Rima. Diwajahnya tampak duka yang dalam. Semuanya telah terjadi, Mario. Kadang kita baru menyadari mencintai seseorang, ketika seseorang itu telah pergi meninggalkan kita.

 

   Jakarta, 7 Januari 2009  (dedicated to my friend....may you rest in peace...)

 

Monday, January 12, 2009

A Tale of a Smile

Morning ALL…,

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari sebuah milis alumni Jerman, atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orangmemilikinya. Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama"Smiling." Seluruh siswa diminta untuk pergi ke luar dan memberikan senyumnyakepada tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka. Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan didepan kelas.

Saya adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah. Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi kerestoran McDonald's yang berada di sekitar kampus.
Pagi itu udaranya sangat dingin dankering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk yang masih kosong.

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiaporang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula antri di belakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.
Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat mengapa mereka semua pada menyingkir ? Saat berbalik itulah saya membaui suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang saya berdiri duaorang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung dan tidak mampu bergerak sama sekali.

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke arah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arah saya, seolah ia meminta agar saya dapat menerima'kehadirannya' di tempat itu. Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan. Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya 'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya. Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental, dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya.

Saya merasa sangat prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya tinggal saya bersama mereka, dan kami bertiga tiba-tiba saja sudah sampai di depan counter. Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona."

Ternyata dari koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah menjadi aturan di restoran di sini, jika ingin duduk di dalam restoran dan menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua orang ini hanya ingin menghangatkan badan. Tiba-tiba saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang mengamati mereka ..

Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua 'tindakan' saya. Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta diberikan dua paket makan pagi (di luar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan meletakkan tangan sayadi atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata biru itu, sambil sayaberucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian berdua."

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah ber-kaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya." Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata, "Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian, Tuhan juga berada di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk menyampaikan makanan ini kepada kalian."

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin seka li saya merengkuh kedua lelakii tu. Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat duduk mereka.

Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya sambil tersenyum dan berkata "Seka rang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan dirimu menjadi istriku. Yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku dan anak-2ku!"
Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2 bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain yang sedang sangat membutuhkan.

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan kami. Salah satu di antaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua yang berada di sini. Jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami." Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. 

Sebelum beranjak meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat kearah kedua lelaki itu, dan seolah ada magnet yang menghubungkan batin kami, mereka langsung menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu melambai-2kan tangannya ke arah kami.

Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang tidak pernah terpikiroleh saya.Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu sangat hangat dan indah sekali!
Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini ditangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas, ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini kepada yang lain?" Dengan senang hati saya mengiyakan.

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang duduk di deretan belakang di dekat saya diantaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan perasaan harunya.

Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis diakhir paper saya." Tersenyumlah dengan 'hatimu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat' dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."
Dengan caraNya sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku kuliahmanapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."
Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana cara mencintai sesama dengan memanfaatkan sedikit harta benda yang kita miliki, dan bukannya mencintai harta benda yang bukan milik kita, dengan memanfaatkan sesama!

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan jejak di dalam hatimu. Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi dengan orang lain, gunakan hatimu! Orang yang kehilangan uang, akan kehilangan banyak. Orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya!

Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka , tetapi Dia tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu tetap harus berikhtiar untuk bisa mendapatkannya. Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari pengalaman mereka, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan semua itu dari pengalaman dirimu sendiri.

Tuesday, January 06, 2009

Dari Mana Datangnya Cinta

Semua ini pasti akan musnah
Tetapi tidak cintaku padamu
- Pangeran Cinta, Dewa 19 -

Sebuah tendangan salto, dan Ronaldinho mencetak gol indah. Pemain klub
Barcelona ini menjadi sedikit dari pesepakbola yang bisa mencetak gol dengan
cara itu. Ia mengatakan bahwa itulah impian masa kecilnya yang menjadi
kenyataan.
Seperti umumnya pemain asal Brazil, karir Ronaldinho dimulai dari futsal dan
sepakbola pantai, masuk klub lokal, talentanya lalu dilirik pencari bakat hingga
merumput di Eropa. Nilai transfernya saat dibeli Barcelona (2003) mencapai 18
juta poundsterling, kini ia digaji sekitar Rp 1,97 milyar per minggu, dan menjadi
Pemain Terbaik Dunia versi FIFA tahun 2004 dan 2005.
Tiada yang lebih menyenangkan daripada apa yang dilakukan Ronaldinho.
Bekerja dan bermain dijadikannya satu. Profesinya adalah apa yang disukainya
sejak kecil, dan itu membawanya kepada kesuksesan. Ia adalah perwujudan
sempurna kata-kata bijak: Do what you love. Kerjakanlah apa yang anda sukai,
maka hasilnya akan luar biasa.
Tidak semua orang seberuntung Ronaldinho. Di tengah sulitnya mencari
pekerjaan, terkadang kita harus menerima pekerjaan apa pun yang tersedia.
Pekerjaan yang dilakukan belum tentu sesuatu yang disukai atau menjadi citacita
semula. Love what you do, kata orang bijak lagi. Jika tiada kesempatan
melakukan pekerjaan yang disukai, maka cintailah pekerjaan kita saat ini. Kerja
adalah rasa cinta yang terlihat kata Kahlil Gibran, maka kerjakanlah sesuatu
dengan penuh gairah cinta kata Bunda Theresa.
Rasa cinta yang terwujud akan memberi ruh dan jiwa pada pekerjaan yang kita
lakukan. Hasil kerja menjadi hidup. Ruh dan jiwa yang melekat itulah yang
membuat hasil kerja menjadi berbeda jika dikerjakan oleh orang lain.
Namun cinta tidak selamanya membara. Ada saat kita kehilangan gairah kerja.
Ada sesuatu yang diam-diam berusaha mengikis rasa cinta kita terhadap
pekerjaan atau profesi yang kita jalani. Bagaimana memelihara api cinta agar
terus menyala?
Di saat cinta memudar, telusuri kembali apa alasan kita melakukan pekerjaan ini,
atau yang akan membuat kita tetap bertahan melakukannya. Kita bekerja
sesungguhnya untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Dalam prosesnya, hasil kerja
kita bermanfaat memenuhi kebutuhan orang lain.
Sebagian orang bekerja untuk membiayai kebutuhan hidup. Ada juga yang
bekerja agar mempunyai banyak teman. Sebagian orang bekerja untuk
menunjukan status sosialnya, sebagian yang lain untuk menunjukan kualitas dan
kemampuan pribadinya. Tanpa bekerja, bukankah hidup terasa tiada arti?
Bagi spiritual worker, bekerja adalah perwujudan cintanya kepada Tuhan. Jika
cinta Tuhan adalah cinta tanpa syarat (unconditional love), maka spiritual worker
bekerja dengan cinta tanpa syarat itu, memberi tanpa mengharap kembali: bagai
sang surya menyinari dunia. Bila tidak bekerja, bukankah kehilangan
kesempatan melayani Tuhan dengan cara melayani sesama?
Ataukah kita berharap orang lain yang akan memelihara cinta kita?
Jim Collins (2004) dalam Good to Great mengatakan bahwa meluangkan waktu
dan mencurahkan energi untuk mencoba "memotivasi" orang adalah usaha yang
sia-sia. Pertanyaan yang sejati bukanlah "Bagaimana memotivasi orang?". Bila
anda mempunyai orang yang tepat, mereka akan memotivasi diri sendiri.
Kita berharap, Jim Collins dari penelitiannya terhadap ratusan perusahaan besar
kelas dunia, akan menyimpulkan bahwa memotivasi orang itu penting, atau
bahwa perusahaan-perusahaan hebat adalah perusahaan yang terus menerus
meluangkan waktu untuk memelihara motivasi karyawannya. Kita mengharapkan
itu, namun ia menyatakan sebaliknya. Sungguh teganya Jim Collins.
Di era postmodernisme sekarang ini, di saat pemikiran besar dan mapan tengah
mengalami dekonstruksi dan menjadi serba tentatif, termasuk dalam manajemen
SDM, kita harus pandai-pandai mencari cara untuk memelihara motivasi-cinta
kita sendiri pada pekerjaan yang ditekuni, dan tidak berharap itu dilakukan oleh
orang lain.
"Kita harus menemukan bagaimana caranya agar selalu jatuh cinta pada
pekerjaan kita", ujar Andhara Early, Playmate Indonesia. Nadya Hutagalung,
model dan mantan VJ MTV, menambahkan "Jika kita telah memperhitungkan
segala sesuatunya, maka kita akan merasa numb, kebal rasa". Maka mereka
menjalani profesi dengan penuh ketekunan dan kekebalan terhadap resiko dan
masalah.
Begitulah Ronaldinho, selalu tersenyum saat bertanding. Saat kalah pun ia
tersenyum. Ia mempunyai alasan untuk menggerutu, namun ia memilih untuk
tersenyum. Barangkali tidak ada orang di dunia ini yang tersenyum sebanyak
Ronaldinho. Rasa cinta telah membuat Ronaldinho menikmati setiap serpihan
peristiwa yang dialaminya saat bekerja.
Para artis, model, dan olahragawan telah mengajarkan sesuatu, nilai-nilai
bekerja, persistent & commitment, rasa cinta pada pekerjaan. Cinta akan tetap
utuh jika kita dapat menyetel pikiran agar selalu adaptable dengan lingkungan,
sesulit apapun situasinya.
Kehidupan tidak selalu berjalan linier seperti yang kita inginkan. Semua hal bisa
saja musnah: situasi tiba-tiba menjadi tak menentu, order berkurang, budget
minimalis, tugas bertambah, rencana tidak berjalan mulus, tetapi tidak cinta
kita pada pekerjaan, pada profesi yang kita tekuni. Tidak kita biarkan
sedikitpun sesuatu di luar diri kita menepis rasa cinta kita itu.
Bagaimana dengan anda, sudahkah menemukan cinta anda hari ini?

(Penulis: Akhmad Ludzain, Personalia-SDM, dimuat di majalah Human
Capital Edisi Februari 2007)

Kekuatan Wanita Yang Mungkin Tak Di Miliki Laki-laki

Seorang anak laki-laki bertanya pada ibunya: “Mengapa engkau menangis?”
“Karena aku seorang wanita,” jawab sang ibu.
“Aku tidak mengerti,” kata anak itu.
Ibunya hanya memeluknya dan berkata, “Dan kau tak akan pernah mengerti.”
Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, “Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?”
“Semua wanita menangis tanpa alasan,” hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.
Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, dan dia tetap ingin tahu mengapa wanita menangis. Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, “Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?”
Tuhan berkata: “Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untukmenjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untukmenopang dunia, namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan.”
“Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang sering kali datang dari anak-anaknya.”
“Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-oranglain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh.”
“Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan,bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya.”
“Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya danmelengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya.”
“Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannyadan ketetapan hatinya untuk berada di sisi suaminya tanpa ragu.”
“Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan. Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan.”
“Kau tahu: Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yangdikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisirrambutnya.”
“Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya…, karena itulah pintu hatinya, tempat di mana cinta itu ada.”

Chatting dengan Tuhan

TUHAN : Kamu memanggilKu ?
AKU : Memanggilmu? Tidak.. Ini siapa ya?
TUHAN : Ini Tuhan. Aku mendengar doamu. Jadi Aku ingin berbincang-bincang denganmu.
AKU : Ya, saya memang sering berdoa, hanya agar saya merasa lebih baik. Tapi sekarang saya sedang sibuk, sangat sibuk.
TUHAN : Sedang sibuk apa? Semut juga sibuk.
AKU : Nggak tau ya. Yang pasti saya tidak punya waktu luang sedikitpun. Hidup jadi seperti diburu-buru. Setiap waktu telah menjadi waktu sibuk.
TUHAN : Benar sekali. Aktifitas memberimu kesibukan. Tapi Produktifitas memberimu hasil. Aktifitas memakan waktu, Produktifitas membebaskan waktu.
AKU : Saya mengerti itu. Tapi saya tetap tidak dapat menghidarinya. Sebenarnya, saya tidak mengharapkan Tuhan mengajakku chatting seperti ini.
TUHAN : Aku ingin memecahkan masalahmu dengan waktu, dengan memberimu beberapa petunjuk. Di era internet ini, Aku ingin menggunakan medium yang lebih nyaman untukmu daripada mimpi, misalnya.
AKU : Oke, sekarang beritahu saya, mengapa hidup jadi begitu rumit?
TUHAN : Berhentilah menganalisa hidup. Jalani saja. Analisa-lah yang membuatnya jadi rumit.
AKU : Kalau begitu mengapa kami manusia tidak pernah merasa senang?
TUHAN : Hari ini adalah hari esok yang kamu khawatirkan kemarin. Kamu merasa khawatir karena kamu menganalisa. Merasa khawatir menjadi kebiasaanmu. Karena itulah kamu tidak pernah merasa senang.
AKU : Tapi bagaimana mungkin kita tidak khawatir jika ada begitu banyakketidakpastian.
TUHAN : Ketidakpastian itu tidak bisa dihindari. Tapi kekhawatiran adalah sebuah pilihan.
AKU : Tapi, begitu banyak rasa sakit karena ketidakpastian.
TUHAN : Rasa Sakit tidak bisa dihindari, tetapi Penderitaan adalah sebuah pilihan.
AKU : Jika Penderitaan itu pilihan, mengapa orang baik selalu menderita?
TUHAN : Intan tidak dapat diasah tanpa gesekan. Emas tidak dapat dimurnikan tanpa api. Orang baik melewati rintangan, tanpa menderita. Dengan pengalaman itu, hidup mereka menjadi lebih baik bukan sebaliknya.
AKU : Maksudnya pengalaman pahit itu berguna?
TUHAN : Ya. Dari segala sisi, pengalaman adalah guru yang keras.Guru pengalaman memberi ujian dulu, baru pemahamannya.
AKU : Tetapi, mengapa kami harus melalui semua ujian itu? Mengapa kami tidak dapat hidup bebas dari masalah?
TUHAN : Masalah adalah Rintangan yang ditujukan untuk meningkatkan kekuatan mental. Kekuatan dari dalam diri bisa keluar dari perjuangan dan rintangan, bukan dari berleha-leha.
AKU : Sejujurnya ditengah segala persoalan ini, kami tidak tahu kemana harusmelangkah...
TUHAN : Jika kamu melihat ke luar, maka kamu tidak akan tahu kemana kamu melangkah. Lihatlah ke dalam. Melihat ke luar, kamu bermimpi. Melihat ke dalam, kamu terjaga. Mata memberimu penglihatan. Hati memberimu arah.
AKU : Kadang-kadang ketidakberhasilan membuatku menderita. Apa yang dapat saya lakukan?TUHAN : Keberhasilan adalah ukuran yang dibuat oleh orang lain.Kepuasan adalah ukuran yang dibuat olehmu sendiri. Mengetahui tujuan perjalanan akan terasa lebih memuaskan daripada mengetahui bahwa kau sedang berjalan. Bekerjalah dengan kompas, biarkan orang lain bekejaran dengan waktu.
AKU : Di dalam saat-saat sulit, bagaimana saya bisa tetap termotivasi?
TUHAN : Selalulah melihat sudah berapa jauh saya berjalan, daripada masih berapa jauh saya harus berjalan. Selalu hitung yang harus kau syukuri, jangan hitung apa yang tidak kau peroleh.
AKU : Apa yang menarik dari manusia?
TUHAN : Jika menderita, mereka bertanya "Mengapa harus aku?". Jika mereka bahagia, tidak ada yang pernah bertanya "Mengapa harus aku?".
AKU : Kadangkala saya bertanya, siapa saya, mengapa saya disini?
TUHAN : Jangan mencari siapa kamu, tapi tentukanlah ingin menjadi apa kamu.Berhentilah mencari mengapa saya di sini. Ciptakan tujuan itu.Hidup bukanlah proses pencarian, tapi sebuah proses penciptaan.
AKU : Bagaimana saya bisa mendapat yang terbaik dalam hidup ini?
TUHAN : Hadapilah masa lalu-mu tanpa penyesalan. Peganglah saat ini dengan keyakinan. Siapkan masa depan tanpa rasa takut.