Wednesday, April 21, 2010

RENCANA TUHAN SELALU TERBAIK UTK KITA.

Dari 43.000 pelamar, kemudian diseleksi 10.000 orang, dan akhirnya aku menjadi bagian dari 100 orang yang terpilih untuk penilaian akhir. Ada simulator, uji klaustrofobi, latihan ketangkasan, percobaan mabuk udara.

Siapakah di antara kami yang bisa melewati ujian akhir ini?

Tuhan, biarlah diriku yang terpilih, begitu aku berdoa.

Lalu tibalah berita yang menghancurkan itu. NASA memilih Christina
McAufliffe. Aku kalah.

Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi. Rasa percaya diriku lenyap dan amarah menggantikan kebahagiaanku.

Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yang mana yang kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam?

Aku berpaling pada Ayahku. Katanya “Semua terjadi karena suatu alasan.”

Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk melihat peluncuran Challanger.

Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali.

TUHAN, Sebenarnya aku bersedia melakukan apa saja agar bisa berada di dalam pesawat itu. Knp bkn aku?

73 detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus semua keraguanku saat Challanger meledak dan menewaskan semua penumpang.

Aku teringat kata-kata ayahku, ”Semua terjadi krn suatu alasan.”

Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun aku sangat menginginkannya karena Tuhan memiliki alasan lain untuk kehadiranku di bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tdk kalah; aku seorang pemenang.

Aku menang, karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup untuk bersyukur pada Tuhan karena tidak semua doaku dikabulkan.

Ternyata, Tuhan mengabulkan doa kita dg tiga cara :

1. Apabila Tuhan mengatakan YA; maka kita akan MENDAPATKAN APA YANG KITA MINTA,

2. Apabl Tuhan mengatakan TIDAK; maka kita akan mendapatkan yang LEBIH BAIK,

3. Apabila Tuhan mengatakan TUNGGU; maka kita akan mendapatkan yang TERBAIK sesuai dengan kehendak-Nnya.

Tuhan tidak pernah terlambat, Dia juga tidak tergesa-gesa.. Dia selalu tepat waktu.

thanks to Lia Mulyana for the great story

No comments: