Meski letaknya di puncak gunung pada ketinggian 2.300 m dpl., Kawah Putih dan Situ Patengan (1800 m dpl) mudah dicapai pengunjung. Bahkan kedua obyek wisata hanya berjarak 200-an meter dari tempat parkir. Tak ada jalan curam yang berbahaya. Karena jalan turun ke kawah putih sudah dibuat undak-undakan dari batu kali.
Kawasan wisata CIwidey terletak sekitar 35 km dari pusat kota Bandung dan bisa ditempuh selama 1,5 jam menggunakan mobil. Dari Bandung kita bisa melalui tol Pasteur, keluar di gerbang tol Kopo, selanjutnya belok kanan arah Soreang yang merupakan gerbang menuju Ciwidey. Bagi yang datang dari Jakarta, dari tol Jakarta – Cikampek menyambung ke tol Cipularang, keluar di pintu tol Kopo, lalu belok Kanan ke arah Soreang, lurus hingga Ciwidey. Sedang Ciwidey – Kawah Putih yang berjarak 11 km, bisa dicapai dengan angkot.
Sesampai di komplek wisata Ciwidey, kita bisa ke Kawah Putih dulu atau langsung ke Situ Patengan yang berjarak 1 km. Setelah membayar tiket Rp 5.000 per mobil dan Rp 10.000 per orang di gerbang masuk Kawah Putih, pengendara motor dan mobil bisa langsung melanjutkan perjalanan sejauh 5 km yang bisa ditempuh selama 15 menit. Tapi yang datang dengan bus harus ganti angkot antar jemput yang dimodifikasi mirip mobil patroli polisi beratap deklit dengan ongkos Rp 6.000 pp, atau mencarternya Rp 90.000 untuk 15 orang.
Jalan ke Kawah Putih, yang ketinggiannya hampir 500 meter, penuh dengan kelokan dan di kiri-kanan tumbuh lebat aneka jenis tumbuhan hutan tropis seperti eucalyptus. Jalannya sendiri cukup baik dan beraspal, tetapi hanya cukup dilalui satu kendaraan. Dari tempat parkir, pengunjung berjalan kaki menuruni Kawah yang berjarak sekitar 200 meter melewati undak-undakan batu.
Sementara Situ Patenggang bisa dicapai dengan angkot dari terminal Ciwidey dengan tarif Rp. 7.000,- per orang, termasuk tiket masuk Untuk rombongan bus besar, ditarik retribusi Rp 250.000.
Hal yang perlu diperhatikan, kita sebaiknya tidak menggunakan sandal/sepatu berhak tinggi atau bersol halus. Sebab tanah di Kawah Putih berkerikil dan memmbuat kita bisa terpeleset jika tak hati-hati. Jangan lupa, siapkan baju hangat, payung dan pakaian ganti. Sebab selain udara cukup dingin, cuaca bisa berubah seketika dari cerah, mendung, tiba-tiba hujan.
Tapi jika tak tahan dengan udara dingin tak usah khawatir. Di sana berjajar puluhan kios yang menjajakan minuman hangat khas Sunda; bandrek, aneka makanan, baju hangat, topi masker, hingga cinderamata khas Ciwidey, mulai dari tas, gantungan kunci hingga bantal tidur, yang kesemuanya berbentuk strawberry.
Wisata ke Ciwidey rasanya tak lengkap tanpa membawa oleh-oleh buah merah menyala itu. Cukup banyak pedagang yang menjajakan strawberry, baik yang masih berupa buah segar maupun dalam bentuk jus. Sekotak kemasan plastik ukuran 0,5 kg strawberry dijual dari harga Rp 5.000 hingga Rp 20.000. Tapi hati-hati. Karena biasanya strawberry dalam kemasan ini hanya bagus di bagian atas, sedang di bawahnya ditempatkan buah yang sudah rusak.
Karena itu, meski lebih mahal, ada baiknya membeli strawberry yang belum dikemas, sehingga bisa memilih sendiri. Bahkan, sepanjang perjalanan menuju Ciwidey banyak petani yang menawarkan kesempatan bagi para pembeli untuk memetik sendiri strawberry dari pohonnya yang ditanam dalam polybag atau kantong-kantong plastik.(Fauzan Dj)